MENANAMKAN NILAI POSITIF PADA ANAK



Nilai berarti sesuatu yang penting, berharga dan perlu diperjuangkan dalam hidup. Nilai ada di pikiran sehingga orang bisa menangkap bahwa sesuatu itu layak dan pantas untuk dilakukan. Nilai ada di hati dan ditangan sehingga akan mengantar orang pada keputusan dan tindakan. Nilai yang positif akan membuat hidup kita lebih teratur dan terarah ke hal – hal yang positif

Menanamkan nilai positif pada anak harus dimulai sejak dini supaya tingkah laku anak menjadi lebih baik. Jangan sampai anak – anak hanya memiliki kecerdasan saja tetapi menjadi orang pandai yang licik. Pendidikan nilai dapat dikatakan berhasil apabila anak menerapkan nilai – nilai yang diajarkan kepadanya dalam kehidupan nyata. Anak tidak sekedar tahu dan menghafalnya saja. Pendidikan nilai tentang sportivitas dapat dikatakan berhasil bila anak dalam perlombaan ataupun permainan berlaku sportif. Jika anak mengharamkan segala cara untuk meraih kemenangan berarti pendidikan kearah sportifitas / kesatria belum berhasil. Pendidikan moral dapat dikatakan berhasil bila anak sudah mampu dan memiliki kesadaran untuk mengikatkan dirinya pada nilai- nilai moral. Pendidikan nilai bagi anak merupakan tangung jawab orang tua, sekolah, masyarakat dan gereja. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membekali anak dengan nilai positif yaitu :

1. Iman
Iman merupakan modal dasar untuk hidup secara baik dan bermoral. Di zaman sekarang ini, seiring dengan kemajuan tehnologi, maka semakin banyak dan berat pula tantangan untuk hidup yang sesuai dengan norma, sesuai dengan ajaran kasih Tuhan. Dengan kemajuan tehnologi, seperti TV, Internet, HP selain berdampak positif bagi manusia, ternyata juga ada dampak negativ bagi kehidupan manusia. Dengan kemajuan tehnologi seperti itu, maka orang yang tidak mempunyai iman kuat akan mudah untuk melakukan dosa. Contohnya saja dengan internet maka orang akan mudah untuk melihat gambar – gambar porno. Dengan HP, orang jahil dengan mudah dapat meneror atau membuat onar melelui sms ataupun telfun. Program – Program di televisipun sekarang banyak yang menyajikan kekerasan dan kurang mendidik bagi anak. Untuk itu dampingilah anak saat menonton televisi dan pilihlah program yang sesuai dengan usia anak. Penelitian menunjukkan bahwa semakin sering anak melihat kekerasan di televisi. Maka semakin agresif tindakan dan tingkah laku mereka ( Mc Connel, Understanding Human Behavior ). Oleh karena itu bekalilah anak anda dengan iman yang kuat. Doronglah anak untuk aktif dalam kegiatan gereja, misalnya dengan menjadi putra altar ataupun menjadi regu koor. Ataupun dengan kegiatan lainnya yang positif dan baik bagi perkembangan iman anak, misalnya dengan camping rohani, retret, ziarah bersama ke tempat- tenpat suci, pendalaman iman atau membiasakan doa bersama

2. Jangan membiasakan menghukum anak secara sepihak
Hukuman dapat menimbulkan sikap dendam pada anak, kuarang percaya diri, pemalu dan suka berbohong. Hukuman juga akan membuat anak cenderung memberontak. Guru dan orang tua yang suka menghukum dan otoriter dapat menimbulkan perasaan benci dan amarah pada anak. Anak akan merasa bahwa tugas yang diberikan kepadanya adalah beban dan harus dikerjakan karena takut dihukum. Ajaklah anak untuk berdiskusi dalam membuat batasan – batasan. Buatlah kesepakatan antara kita ( orang tua / guru ) dengan anak dalam membuat aturan dan konsekuensinya bila melanggar aturan yang sudah dibuat tersebut. Ajaklah anak dalam membuat perturan yang berlaku didalam kelas. Misalnya bagi yang tidak mengerjakan PR maka hukumannya mengerjakan PR 2 X atau minta tanda tangan guru. Aturan – aturan yang berlaku tersebut dibuat dengan kesepakatan anggota kelas. Jadi anak – anak tidak terbebani dengan aturan dan hukuman yang mereka buat sendiri. Dengan cara itu selain dapat melatih anak untuk mengeluarkan pendapat, juga melatih anak bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Anak akan merasa aman bila tahu parameternya, tahu apa yang akan terjadi setelah ia tidak mengerjakan tugasnya. Selain itu rasa tanggung jawab akan meningkat jika anak ikut terlibat.

3. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan untuk memikirkan, merasakan dan melakukan keperluannya sendiri, bukan berarti tidak membutuhkan orang lain tetapi tidak tergantung pada oranglain. ( Melatih anak Mandiri, Dra Tjipto Susana ). Memupuk kemandirian anak dapat dilakukan sejak dini tetapi harus dalam rangka perkembangan manusia, orang tua tidak boleh melupakan bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak tidak bisa dituntut untuk mandiri dan dewasa sebelum waktunya. Karena anak yang mandiri sebelum waktunya akan berdampak buruk pada perkembangan selanjutnya, anak jadi mempunyai sifat individual maupun egois. Ketika orang tua tidak memberikan pertolongan sewaktu anak membutuhkannya, karena orang tua bertujuan agar anaknya mampu melakukannya sendiri, anak akan beranggapan bahwa orang tua tidak peduli pada kebutuhannya. Selanjutnya anak juga tidak akan peduli dengan kepentingan orang lain. Kemandirian harus ditingkatkan setahap demi setahap seiring dengan perkembangan motorik, kognitif dan afektif anak. Untuk melatih kemandirian anak, dirumah orang tua bisa mengajak dan menyemangati anak untuk melakukan keperluannya sendiri. Jangan lupa setelah anak dapat melakukan keperluannya sendiri berilah ia pujian. Berilah anak kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Kemandirian disekolah dapat dipupuk dengan kegiatan camping maupun life inn. Melalui kegiatan camping anak – anak dilatih untuk mengurus dirinya sendiri. Dengan kegiatan life inn selain dapat melatih kemandirian juga dapat mengasah kepakaan anak terhadap kehidupan orang lain. Perasaan anak akan menjadi lebih peka dengan melihat dan merasakan kehidupan orang lain yang jauh lebih sush / sulit atau miskin dari pada kehidupannya sendiri yang mungkin penuh dengan fasilitas dan kemudahan.

4. Kedisiplinan
Disiplin berarti perubahan sikap, prilaku, tindakan dan perbuatan yang taat dan patuh pada ketentuan atau peraturan. Menanamkan kedisiplinan tanpa hukuman memang hal yang sulit untuk dilakukan. Biasanya anak akan disiplin bila ada aturan yang mengikat dan ada hukuman. Disiplin yang baik akan membuat anak menjadi dewasa dengan rasa percaya diri, dan bertanggung jawab. Mengajarkan disiplin yang baik adalah disiplin tanpa kekerasan. Remaja membutuhkan kebebasan untuk menjejaki kedewasaan, tetapi mereka juga membutuhkan kedisiplinan.
Bantulah anak dalam membuat jadwal kegiatan setiap hari mulai dari bangun tidur sampai tidur malam lagi. Kontrol dan arahkan anak supaya mematuhi jadwal yang sudah dibuat. Dengan begitu anak akan terbiasa untuk taat pada aturan dan disiplin. Jika kita sebagai guru maka hal yang bisa kita lakukan untuk melatih kedisiplinan terhadap siswa – siswi kita yaitu dengan dibentuknya regu piket. Selama piket atau membersihkan kelas sebaiknya guru juga ikut menunggui, terutama bila siswa – siswi kita masih usia dibawah 12 th ( masih SD ).

5. Kejujuran
Kejujuran bisa terwujud bila ada rasa saling kepercayaan. Hargai anak yang berkata jujur, walaupun mungkin kejujuran mereka akan membuat kita kesal. Disekolah kejujuran dapat ditanamkan misalnya dengan cara “ warung jujur “. Bila disekolah ada warung atau koperasi sekolah, anak bisa dilatih jujur dengan cara membeli barang di koperasi / warung sekolah tersebut dengan mengambil dan menaruh uang sendiri. Jadi mereka menjadi pembeli sekaligus penjual bagi dirinya sendiri. Anak akan terdorong untuk bersikap jujur apabila di lingkungannya ada suasana jujur dan suasana kepercayaan seperti itu.

6. Keteladanan
Keteladanan merupakan salah satu unsur pendidikan nilai yang sangat penting. Memberi teladan adalah cara yang terbaik untuk menanamkan nilai positif pada anak. Keteladanan bukan sekedar menjadi contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi keteladanan yang dapat dilihat dalam kebiasaan – kebiasaan yang baik. Kebiasaan – kebiasaan seseorang disetiap harinya akan menjadi karakter dan bagian kepribadiannya. Jangan sampai kita hanya mengajari nilai – nilai positif pada anak, tetapi kita sendiri tidak melaksanakan nilai itu. Keteladanan mencakup keteladanan dalam ucapan, sikap dan prilaku yang baik. Jika hal itu sedah dimulai sejak awal, maka pengembangan nilai positif pada anak akan berlangsung lebih mudah dan lancar. Karena anak sudah mempunyai figur nyata untuk dicontoh. Keteladanan merupakan hal yang mudah dipelajari dengan pengamatan. Anak akan mempelajari nilai positif dengan melihat, mengamati dan mencontoh orang - oarang disekitarnya ( orang tua ataupun gurunya ). Kita juga akan merasa bangga jika anak kita meniru sesuatu yang positif dari kita.

Selain dari cara – cara tersebut, biasakanlah anak untuk mengucapakan kata “ tolong, maaf dan terima kasih “. Sehingga anak akan terbiasa untuk mengahargai dan menghormati orang lain, yang pada zaman sekarang ini tata karma sudah mulai luntur.

Comments